Menuju Mardhatillah | Yusuf Buchori
لْحَمْدُ لله العَزِيْزِ الغَفَّارِ، الكَرِيْمِ الوَهَّابِ؛ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ، وَيَسْتُرُ العُيُوْبَ، وَيُجِيْبُ الدُّعَاءَ، وَيُنْزِلُ الغَيْثَ مِنَ السَّمَاءِ، نَحْمَدُهُ حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، وَنَسْتَغْفِرُهُ اِسْتِغْفَارَ التَّائِبِيْنِ، وَنَسْأَلُهُ مِنْ فَضْلِهِ العَظِيْمِ؛ فَهُوَ الجَوَّادُ الكَرِيْمُ، البَرُّ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَسَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ كَانَ يُكْثِرُ الاِسْتِغْفَارَ وَالتَّوْبَةَ، وَيُكَرِّرُهَا فِي اليَوْمِ مِئَةَ مَرَّةٍ، وَقَدْ عَدَّ لَهُ أَصْحَابُهُ فِي المجْلِسِ الوَاحِدِ اِسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَاتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَأَطِيْعُوْهُ، وَتُوْبُوْا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ، وَأَنِيْبُوا إِلَيْهِ وَاسْأَلُوْهُ؛ فَإِنَّهُ سُبْحَانَهُ وَاسِعُ العَطَاءِ، مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
Jamaah Jumah Rahimakullah
Puji syukur marilah senantiasa kita haturkan kehadlirat Allah swt, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberkanNya kepada kita sekalian, kita semua yang hadlir dimasjid yang suci ini percaya dan yakin bahwa segala kebaikan yang kita terima dan rasakan selama ini, semata-mata pemberian Allah swt :
و ما بكم من نعمة فمن الله ثم اذا مسكم الضر فاليه تجئرون
Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian semua, itu datangnya dari Allah, kemudian apbila kalian ditimpa kesusahan, maka hanya kepadaNya kalian meminta pertolongan.(An-Nahl: 53).
Sholawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad saw, kepada sahabatnya, keluarganya dan umatnya sampai hari akhir. Marilah kita tingkatkan ketaqwaan dan keimanan kita, dengan cara demikian semoga Allah senantiasa ridlo kepada kita.
Hadlirin jamaah jumah yang mulia.
Seseorang akan benar-benar merasakan lezatnya iman, antara lain jika orang tersebut menjadikan Allah dan rasulNya lebih dicintai dari pada selainnya;
وَحَتَّى يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
Apabila kita mencintai Allah swt, maka Allah pun akan mencintai kita, bahkan lebih dari itu Allah akan mengampuni dosa-dosa kita; Allah swt berfirman :
قل ان كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله و يغفر لكم ذنوبكم و الله غفور رحيم
Katakanlah hai Muhammad, jika kalian wahai umat manusia mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad) niscaya Allah akan mencintai kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian, dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang. ( Ali Imron:31 )
Dalam Kitab Tafsir al-Jami’ li Ahkamil Qur’an juz 4 hal.60, Imam Qurtuby menyatakan:
Cinta seorang hamba kepada Allah dan rasulNya adalah mentaati kepada keduanya dan mengikuti segala perintahnya, sedangkan cinta Allah kepada hambaNya adalah memberikan nikmat kepada mereka dengan disertai ampunanNya.
Imam Ahmad Mustofa al-Maroghi dalam Tafsirnya juz 1 hal.140, menyatakan bahwa cinta kepada Allah adalah beramal untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mencontoh sunnah-sunnah Rasulullah Muhammad saw, dengan cara itu maka Allah akan ridlo dan mengampuni kesalahan-kesalahannya.
Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, disebutkan:
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي أَهْلِ الْأَرْضِ
Sesungguhnya jika Allah mencintai hambanya, Allah memanggil Malaikat Jibril dan berfirman, sesungguhnya saya telah mencintai seseorang hambaKu, maka cintailah dia, lalu Jibril mencintai orang tersebut dan menyeru kepada penduduk langit, sesungguhnya Allah telah mencintai si fulan, maka cintailah dia, lalu penduduk langit menyatakan mencintai juga kepada si fulan tersebut, kemudian diturunkanlah kasih saying itu dibumi, demikian pula sebaliknya, jika Allah murka kepada seseorang, maka Allah menyatakan kepada Jibril untuk murka pula kepada si hamba tersebut, demikian pula seluruh penduduk langit juga agar murka kepada si hamba tersebut dan kemudian kemurkaan itu diturunkan dimuka bumi.
Hadlirin jamaah jum’ah yang mulia.
Ketaatan seorang hamba kepada Allah, sekalipun telah dilakukan siang dan malam tanpa henti, maka sebenarnya tidak sebanding dengan nikmat Allah swt yang telah diberikan kepada nya, apalagi jika dibandingkan dengan nikmat surga yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Sungguh tidak ada artinya nilai amalan itu jika disandingkan dengan kenikmatan surgawi.
Ada satu ilustrasi atau gambaran betapa nikmat Allah yang telah diberikan kepada seseorang didunia ini jauh lebih besar dari apa yang telah dapat diperbuat oleh seseorang tersebut.
Dalam suatu riwayat disebutkan : Ketika Rasulullah saw sedang Thowaf, beliau bertemu dengan seorang pemuda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf, Rasulullah saw bertanya kepada anak muda tersebut : Wahai anak muda, apa yang terjadi dengan pundakmu itu? Jawab anak muda itu: Wahai rasulullah saw, saya dari Yaman, saya mempunyai Ibu yang sudah tua dan udzur, Saya sangat mencintai dia dan tidak pernah melepaskan dia, Saya melepaskan ibu saya ketika buang hajat, atau ketika sholat atau ketika istirahat, selain itu saya selalu menggendongnya. Lalu anak muda itu bertanya : apakah aku sudah termasuk orang yang berbakti kepada orang tua? Nabi saw sangat terharu mendengarnya, sambil memeluk anak muda tersebut, beliau bersabda, “sungguh Allah telah ridlo kepadamu, kau adalah anak soleh dan berbakti, akan tetapi ketahuilah wahai anak muda, bahwa cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan oleh pengorbanan dan kebaikanmu”.
Dari riwayat tersebut, ada pelajaran, bahwa betapapun besarnya pengabdian seorang anak kepada orang tuanya, ternyata belum seimbang dan sebanding dengan kasih sayang orang tua kepada anaknya. Ini baru kasih sayang orang tua kepada anak, Belum jika kita membandingkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hambaNya, sejak dari penciptaan manusia, manusia diciptakan paling indah bentuknya dari pada ciptaan Allah lainnya, semua yang ada di muka bumi dan di kolong langit disediakan untuk keperluan hidup umat manusia tanpa bayar, manusia bebas menghirup udara segar setiap hari, manusia bebas memanfaatkan sumber mata air, hasil hutan dan lautan, sumber panas alam dsb, dengan syarat harus tetap menjaga kelestarian eko system alam;
Ketahuilah bahwa rahmat yang diturunkan Allah kebumi ini baru satu persen, dan dari satu persen ini dibagikan kepada seluruh umat manusia, jin dan binatang serta makhluq lainnya, dari satu persen rahmat Allah itu, maka binatang buas sekalipun amat sayang kepada anaknya. Dan yang 99 persen rahmatNya masih disimpan dan akan diberikan kepada hambaNya yang diridloiNya di akherat kelak.
Untuk itu kita umat Islam hendaknya selalu berhati-hati dan waspada terhadap amalan-amalan yang telah kita lakukan dan juga terhadap bentuk-bentuk ketaatan yang telah kita perbuat, karena ada satu peringatan Allah dalam surat al-Hujurot ayat 2 :
ان تحبط اعمالكم و انتم لا تشعرون
Boleh jadi amalan-amalan kamu akan terhapus, sedangkan kalian tidak merasakan/menyadari.
Yang dapat menghapus amalan, dalam ayat ini antara lain perkataan yang keras dan buruk yang menyinggung perasaan orang lain, dan juga hal-hal yang menyakiti orang lain, termasuk juga orang yang berbicara tatkala khotib sedang berkhutbah jumat, juga akan menghapus pahala jum’atannya, dan lain sebagainya.
Hadlirin jamaah jumat yang mulia :
Pada setiap bulan Dzul Hijjah, seperti pada bulan yang kita jalani saat ini, kita diingatkan kembali ujian Allah terhadap Nai Ibrahim as, dimana beliau diuji untuk mengorbankan anak lelaki semata wayang yang amat beliau cintai yaitu N. Ismail.
Allah ingin melihat apakah rasa cintanya N. Ibrahim melebihi rasa cintanya kepada Allah swt. Dan dalam ujian itu N. Ibrahim telah lulus yaitu lebih mencintai Allah swt dari pada anaknya, sehingga N. Ibrahim mendapat julukan “Kholilullah” artinya kekasih Allah swt, karena N. Ibrahim dengan tulus ikhlas melaksanakan perintah Allah yaitu menyembelih anak tercintanya N. Ismail. Dan sebagai balasan Allah atas hambaNya yang taat dan patuh terhadap perintah Allah swt yaitu menukar N. Ismail dengan seekor domba besar untuk disembelih:
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ. سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (Ash-Shaffat : 106 – 110)
Sebagai seorang muslim, orang yang percaya adanya kehidupan akherat, adanya surge dan neraka, rasa cinta kita kepada Allah swt sepanjang kita hidup ini, senantiasa diuji oleh Allah swt, apakah kita tetap memilih Allah dan RasulNya, istiqamah menjaga ketaqwaan dalam situasi apapun dan dimanapun kita berada, ataukah kita akan gadaikan iman dan Islam kita demi memilih gemerlapanya duniawi dan segala perhiasaannya yaitu wanita, anak-anak, pangkat jabatan, emas perak, kendaraan mewah, rumah besar bak istana, uang banyak dan sebagainya;
Untuk kesmpurnaan cinta kita kepada Allah swt, wajib bagi Kita untuk mencontoh Rasulullah saw, yaitu sekalipun beliau makshum (terjaga dari dosa) dan dijamin masuk surga, tetapi beliau sampai akhir hayatnya tetap tidak putus putusnya menunjukkan ketaatan dan pengabdian kepada Allah swt.
Pada waktu haji wada’ di padang arofah yang sangat terik matahari saat itu, beliau dalam keadaan sakit, masih menyempatkan diri untuk beribadah. Dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigil dalam pidato wada’nya beliau menyatakan, nanti dihari kiamat kalian akan ditanya oleh Allah swt tentang apa yang telah aku lakukan pada kalian, apa jawaban kalian? Para sahabat terdiam dan meneteskan air matanya, lalu beliau melanjutkan pidatonya, bukankah telah kujalani hari-hari bersama kalian dengan kelaparan, bukankah telah kutaruh batu-batu diperutku menahan lapar bersama kalian, bukanlah aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian, bukanlah telah kusampaikan kepada kalian semua wahyu Allah? Untuk semua pertanyaan itu para sahabat telah membenarkannya, “shodaqta ya Rasulullah”. Kemudian Rasulullah saw menghadapkan wajahnya keatas langit dan bersabda, ya Allah saksikanlah, ya Allah saksikanlah, ya Allah saksikanlah.
Demikian kami penggalkan bagian akhir khutbah wada’ rasulullah saw, semoga kitapun menjadi saksi kebenaran Rasulullah dan Allahpun menjadi saksi tentang rasa cinta kita kepada Allah dan RasulNya. Amin.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُ
قَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ