Menggelorakan Semangat Hijrah | Yusuf Buchori
MENGGELORAKAN SEMANGAT HIJRAH
oleh Yusuf Buchori
Kehadiran tahun baru Islam merupakan momentum yang selalu melekat dihati umat Islam untuk mengambil hikmah dari peristiwa hijrah Rasulullah saw dengan para sahabatnya. Dengan semangat hijrah tentu bagi kaum muslimin bukan hanya sekadar ritual, seremonial dari pergantian waktu, tetapi memiliki semangat kesejarahan dan keagaaman yang luhur dan utama dalam meningkatkan ketaatan kepada Allah swt dan RasulNya.
خالد ينا فيها و من يطع الله و رسوله يدخله الجنة تجرى من تحتها الانها ر
ذالك الفوز العظيم
Barang siapa yang mentaati Allah dan RasulNya, pasti Allah akan memasukkan dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya, dan itulah kemenangan yang amat besar.
Bulan ini adalah bulan Muharram 1444 H, yang menurut kalender Islam adalah bulan yang pertama tahun hijriyah. Bulan Muharram adalah salah satu dari 4 bulan yang dimuliakan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an S.At-Taubah ayat 36 :
ان عدة الشهور عند الله اثنا عشرة شهرا فى كتاب الله يوم خلق السماوات و الارض منها اربعة حرم
ذالك الدين القيم
Sesungguhnya bilangan bulan yang ditetapkan Allah ada 12, yaitu sejak diciptakannya langit dan bumi. Diantara bulan yang 12 itu ada 4 bulan yang dimuliakan, Itulah ketetapan agama yang lurus.
Dalam Kitab Tafsir al-Jami’ li Ahkamil Qur’an juz 8 hal.133 dikatakan bahwa yang dimaksud 4 bulan yang dimuliakan adalah, Dzul-Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab, sebagian lainnya mengatakan Romadlon sebagai ganti dari Rajab;
Dalam bulan-bulan tersebut, kebiasaan bangsa arab ketika itu disepakati tidak boleh ada pertempuran atau penganiayaan antara kabilah yang satu kepada yang lain. Dan selanjutnya dalam kitab tafsir di nyatakan : “Janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan-bulan haram itu dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat yang mendatangkan dosa, karena jika Allah memuliakan suatu bulan-bulan tertentu, berarti pula Allah akan melipatkan hukumannya terhadap perbuatan kejahatan, sebagaimana Allah akan melipat gandakan pahala terhadap perbuatan yang baik. Demikian dijelaskan oleh Imam Qurthuby dalam Kitab Tafsirnya “al-Jami’ li Ahkamil Qur’an”
Bulan Muharram bagi umat Islam dipahami sebagai bulan Hijarahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah, yang sebelumnya bernama “Yastrib”. Meskipun dalam hal ini kejadian hijrah Rasulullah saw tersebut terjadi pada malam tanggal 27 Shofar dan sampai di Yastrib pada tanggal 12 Rabiul awwal, tahun ke 14 ‘ammul ba’tsi. Adapun pemahaman bulan Muharram sebagai bulan hijrah Nabi, karena bulan Muharram adalah bulan yang pertama dalam kalender Qomariyah yang oleh Umar bin Khottob, yang ketika itu beliau sebagai kholifah kedua, dijadikan kalender bagi umat Islam dengan diberi nama Tahun Hijrah.
Sehubungan dengan bulan Muharram ini, kita umat Islam diingatkan kembali tentang peristiwa hijrah Rasulullah saw khususnya dari al-Makkah al-Mukarramah ke al-Madidah al-Munawwarah. Yang perlu kita ingat, bukan sejarahnya atau kapan peristiwa hijrah itu terjadi, namun yang penting atau perlu kita ingat adalah makna atau hikmah dari hijrah Rasulullah saw.
Hijrahnya Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah, bukan semata-mata kehendak Rasulullah sendiri, dan bukan pula karena rasa takut dari ancaman orang-orang kafir, namun hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah adalah wahyu atau perintah Allah swt untuk menyelamatkan agama Allah, karena kondisi di Makkah sudah tidak memungkinkan untuk tegaknya agama Allah yang suci. Allah telah menunjuk Yastrib yang kemudian dikenal dengan nama Madinah, sebagai tempat untuk mengembangkan dakwah Islam dan dari madinah itu nantinya akan tersebarlah agama Allah keseluruh pelosok dunia. Dalam al-Qur’an, surat an-Nisa’ ayat 100 Allah berfirman :
ومن يهاجر فى سبيل الله يجد فى الارض مراغما كثيرا و سعة
ومن يخرج من بيته مهاجرا الى الله و رسوله ثم يدركه الموت فقد وقع اجره على الله
وكان الله غفورا رحيما
Barang siapa berhijrah di jalan Allah, pasti ia akan mendapati dibumi Allah ini kejayaan dan rizki yang banyak.Barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan niat untuk berhijrah kepada Allah dan rasulNya, kemudian kematian menimpa kepadanya sebelum sampai pada tempat yang dituju, maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah, dan adalah Allah itu maha pengampun dan penyayang
Imam Rasyid Ridlo, dalam Kitab Tafsirnya “al-Manar” juz 5 hal. 361 mengomentari ayat tersebut, dengan menyatakan, bahwa umat Islam diperintahkan untuk berhijrah karena 3 sebab, yaitu :
Pertama:
كل مسلم يكون فى مكان يفتن فيه عن دينه او يكون ممنوعا عن اقامته فيه كما يعتقد يجب عليه ان يهاجر منه الى
حيث حرا فى تصرفه و اقامة دينه
Setiap muslim yang tinggal disuatu tempat, dimana dalam menjalankan ajaran agamanya selalu dimusuhi atau dilarang untuk menegakkan agamanya, maka wajib baginya untuk pindah ketempat yang memungkinkan untuk dapat melaksanakan ajaran Islam dengan bebas, dan juga dalam menegakkan syari’atnya.
Kedua :
لا يجوز لمن اسلم فى مكان ليس فيه علماء يعرفون احكام الدين ان يقيم فيه بل يجب ان يهاجر الى حيث تلقى الدين و العلم
Setiap muslim tidak boleh menetap disuatu tempat yang disitu tidak ada Ulama’ yang akan mengajarkan ilmu-ilmu ke Islaman, tetapi ia harus pindah ke suatu tempat yang didalamnya ada pengajaran tentang Islam dan pelaksanaan syariat Islam.
Ketiga :
انه يجب على مجموع المسلمين ان تكون لهم جماعة او دولة قوية
تنشر دعوة الاسلام و تقيم احكامه و حدوده و
تحفظ دعاته واهله من بغى الباغين و عدوان العادين و ظلم الظا لمين
Wajib bagi umat Islam secara keseluruhan untuk membentuk jama’ah atau daulah (kekuasaan) yang kuat sehingga Islam dapat tersebar dan tegak hukum-hukumnya, terjaga dakwah Islam dan terlindungi umat Islam dari tangan-tangan jahil Kafir dan Musyrik.
Makna hijrah yang dijelaskan oleh Imam Rasyid Ridlo tersebut, pada hakekatnya bermakna usaha perubahan kualitas hidup, bahasa sekarang barang kali “reformasi” baik spiritual, intelektual dan sosio kultural yaitu dengan meningkatkan ibadah kepada Allah, menuntut ilmu pengetahuan dan membangun masyarakat madany, masyarakat yang aman dan sejahtera yang dilandasi ta’awun (solidaritas), muakhot (persaudaraan) dan tasamuh (toleransi/tenggang rasa,cinta kasih dsb)
Ketika Rasulullah saw berdakwah di Makkah selama 13 tahun lamanya, belum nampak keberhasilannya, namun Allah swt menjanjikan bahwa Rasulullah saw akan mendapatkan kemenangan yang besar dalam waktu dekat, dan ketika itu turun ayat-ayat dalam surat adl-Dluha, diantara ayat itu berbunyi :
و للاخرة خير لك من الاولى
و لسوف يعطيك ربك فترضى
Bahwa yang akhir itu adalah lebih baik dari yang awwal. Dan Allah akan memberikan kepadamu karuniaNya, lalu kau merasa puas.
Firman Allah swt ini adalah dorongan moral dan spiritual, agar Rasulullah saw tidak putus asa dalam berjuang mensyiarkan agama Allah, karena Allah pasti akan menolongnya. Dalam kaitan ini seakan-akan Allah berfirman kepada Rasulullah saw, “ Hai Muhammad, boleh jadi kau gagal dakwahmu dalam jangka pendek , namun dalam jangka panjang kau pasti akan berhasil, jika kau terus berjuang dengan tabah dan sabar.
Janji Allah swt, bahwa Islam akan jaya, tegak dan tersebar keseluruh pelosok dunia, telah terbukti 10 tahun kemudian, yaitu setelah Rasulullah saw dan para shahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshor bersama-sama dengan penuh ikhlas dan sabar berjuang meninggikan kalimah Allah yang dimulai dari bumi Madinah, dan hijrah tersebut merupakan awal kebangkitan Islam.
Umat manusia kadang-kadang terjebak kepada sesuatu yang bersifat jangka pendek, dan melupakan sesuatu yang bersifat jangka panjang. Manusia sering tergesa-gesa dan ingin cepat berhasil apa yang diinginkannya, sehingga tidak sedikit yang menempuh jalan pintas. Islam menekankan bahwa hidup ini adalah perjuangan dan dalam berjuang pasti banyak tantangan dan karenanya harus disertai dengan kesabaran dan berpegang teguh kepada kebenaran. Oleh karena itu Islam menegaskan bahwa : orang yang tidak akan merugi adalah orang yang selalu “tawaashou bil haq wa tawaashou bis shobr”
Berbicara perkembangan Islam, tentu tidak bisa lepas dari peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dan perjuangan beliau dengan para sahabatnya, hal ini pernah diungkapkan oleh beliau dalam sabdanya riwayat Imam al-Buchory :
كان المؤمنون يفر احد هم الى الله و رسوله ص م
بد ينه مخافة ان يفتن عليه
فام اليوم فقد اظهر الله الاسلام و اليوم يعبد ربه حيث شاء
Adalah orang-orang yang beriman dahulu ada yang harus berhijrah kepada Allah dan RasulNya karena khawatir tidak dapat menegakkan ajaran agamanya. Adapun sekarang ini Allah telah memenangkan Islam atas musuh-musuhnya, dan umat Islam dapat beribadah sesuka hati (dalam keadaan bebas dan aman)
Sesudah Rasulullah saw menaklukkan kota Makkah dan menguasai jazirah arab, maka beliau bersabda yang diriwayatkan oleh Imam al-Buchory:
لا هجرة بعد الفتح و لكن جهاد و نية
Tidak ada lagi hijrah sesudah fathul Makkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat.
Hijrah dalam arti “hijrotul makaniyah” yaitu pindah dari “darul kufr” ke “darul Islam”, dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman, bagi kita umat Islam di Indonesia, sudah tidak relevan lagi, sudah tidak perlu lagi, mengingat kita sudah bertempat di negri yang aman, di negri yang dijamin kebebasannya untuk beragama, namun hijrah dalam makna “hijrotun nafsiah” dan “hijrotul amaliyah” yaitu perpindahan secara spiritual dan intelektual, perpindahan dari kekufuran kepada keimanan, dengan meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah, perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu, dengan mendatangi majlis-majlis ta’lim, perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi, dengan kerja keras dan tawakal, adalah masih sangat relevan dan perlu diaktualisasikan sepanjang masa. Pendek kata jihad dan niat yang kuat untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umat sehingga terwujud rahmatal lil alamin adalah tugas suci bagi umat Islam, baik secara indifidual maupun secara kelompok atau jamaah. Tegaknya Islam dibumi nusantara ini sangat tergantung kepada ada tidaknya semangat jihad dari umat Islam Indonesia itu sendiri.
Demikian renungan tahun baru hijriyah, semoga dalam memasuki tahun baru hijrah yakni tahun 1444 hijrah, semangat dan kakekat hijrah Rasulullah saw, tetap mengilhami jiwa kita menuju kepada keadaan yang lebih baik dalam segala bidang, sehingga predikat yang buruk yang selama ini dialamatkan kepada umat Islam akan hilang dengan sendirinya, dan pada gilirannya kita diakui sebagai “khoiro ummah” umat yang terbaik, baik agamanya, baik moralnya, tinggi intelektualnya dan terpuji sosio kulturalnya. Amin.